Jumat, 27 Maret 2020

Filsafat Pendidikan Islam

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.   “ FILSAFAT PENDIDIKAN ” ini sengaja di bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai filsafat pendidikan.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca makalah ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji ( Tim Pengajar Filsafat Pendidikan Unimed ). Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.



Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing ( Jan Hendrik Rapar dalam Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari kajian Ilmu Filsafat. Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Dalam tulisan ini akan membahas hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan agar lebih memudahkan pembaca dalam memahami keterkaitan antara keduanya.

B.     Rumusan Masalah

               1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan ?

               2.      Apa saja landasan-landasan filsafat pendidikan ?

C.     Tujuan Penulisan

         Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :

                1.      Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.

                2.      Untuk mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan.

                3.      Untuk mengetahui landasan-landasan Filsafat Pendidikan.



BAB II

PEMBAHASAN

1.      FILSAFAT PENDIDIKAN

A.    Pengertian Pendidikan

Kneller ( via siswoyo, 1995 :5) mengatakan pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pda suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh, berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan pikiran (mind), watak atau kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam pengertian ini berlansung terus seumur hidup.

      Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi. Dalam arti hasil, pendidikan adalah apa yang diperoleh melalui belajar, baik berupa pengetahuan, nilai-nilai maupun keterampilan-keterampilan.sebagai suatu proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu sendiri, dalam hal ini pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik seseorang atau mendidik diri sendiri.

B.     Pengertian Filsafat Pendidikan

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat pendidikan. Randal Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik pendidikan.

      Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat memberikan kritik pada kebijakan pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa memikirkan masalah-masalah filsafati yang umum seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang akan dituju oleh pendidikan, kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah manusia, dan yang dicari adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi semua pencarian cabang ilmu. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat formal dalam lapangan pendidikan.

      Sebagaimana halnya dengan filsafat umum, filsafat pendidikan bersifat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat membangun teori-teori tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara mrnyusun sedemikian rupa dan menginterpretasikan berbagai data dari penelitian pendidikan dan penelitian ilmu-ilmu perilaku (psikologi behavioristik).

      Filsafat bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-tujuannya, yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara yang umum harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

      Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas ide-ide pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji secara kritis demikian pula dikaji juga apakah konsep-konsep tersebut memadai ataukah tidak ketika berhadapan dengan fakta yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai istilah-istilah yang banyak digunakan dalam lapangan pendidikan seperti “ kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan, pengalaman, kebutuhan, dan pengetahuan”. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-hal yang bersifat hakikih, maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang filsafat yang bernama metafisika atau ontologi.

      Antologi menjadi salah satu landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian pendidikan secara filsafati memerlukan landasan epistemologis dan landasan eksiologis.

2.      LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A.    Tiga Landasan Utama Filsafat Pendidikan

Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu pengetahuan. Demian pila halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat membahas tentang ilmu alam, maka diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat mempertanyakan konsep dasar dari hukum, maka terciptalah filsafat umum, dan ketika filsafat mengkaji masalah-masalah dasar pendidikan, maka terciptalah cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan (kneller, 1971:4) jadi, setiap bidang ilmu mempunyai landasan-landasan filsafat masing-masing.

            Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.

1.      Landasan Ontologis Pendidikan

Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan landasan filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau suntansi sesuatu.misalnya, pendidikan secara ilmiah ditunjukkan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut ilmu pendidikan. Pengetahuan ilmiah mengenai pendidikan pada hakikatnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati mengenai manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, pandangan alam semesta: tempat manusia hisup bersama, dan pandangan tentang tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta tersebut.

Kneller (1971:6) mengatakan bahwa metafisika merupakan cabang filsafat yang bersifat spekulatif membahas hakikat kenyataan terdalam. Metafisika mencari jawaban atas persoalan mendasar.

Dengan kemunculan ilmu-ilmu empiris, banyak orang meyakini bahwa metafisika telah ketinggalan jaman. Temuan ilmu-ilmu empiris tampak lebih dipercaya, sebab temuannya dapat diukur, sedangkan pemikiran metafisik tampaknya tidak dapat diverifikasi dan tidak bersifat aplikatif. Metafisika dan ilmu empiris seolah merupakan dua bidang kegiatan yang berbeda.

Sebenarnya, ilmu-ilmu empiris mendasarkan diri pada asumsi-asumsi metafisik, tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya. Sebagaimana dinyatakan oleh ahli fisikaMax Planck bahwa gambaran dunia secra ilmiah yang diperoleh dari pengalaman tetaplah selalu hanya suatu pikiran saja: suatu model yang lebih kurang. Oleh karena ada subjek material di belakang setiap sensasi inderawi, maka demikian pula ada kenyataan metafisik dibelakang segala sesuatu, yang menjadi nyata dalam pengalaman hidup manusia.

Gutek mengatakan persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan pengarang buku-buku dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataan pada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia, dan lain-lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataan kepada subjek didik.

2.      Landasan Epitemologis Pendidikan

Epitemologis adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan. Epitemologis sangat penting bagi para pendidik. Akinpelu (1988:11) mengatakan bahwa area kajian epistemologi ada relevansinya dengan pendidikan, khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik dalam bidang filsafat / etpistemologi maupun pendidikan. Sebagaimana dinyatakan oleh Dewey, hanya saja antara epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan dalam hal prosesnya. Pendidikan sebagai proses memusatkan perhatiannya pada penanaman pengetahuan oleh guru dan perolehannya oleh peserta didik, sedangkan epistemologi manggali lebih dalam sampai pada akarnya pengetahuan.

Epistemologis membahas konsep dasar dan sangat umum dari peoses mengetahui, sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan pembelajaran. Sebagi contoh, seorang yang berpaham idealisme berperang pada keyakinan bahwa proses mengatahui atau proses kognitif sesungguhnya adalah proses memanggil kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat laten dalam pikiran manusia. Metode pembelajaran yang tepat adalah doalog socrates. Dengan metode ini, guru berusaha menstimulasi atau membawa ide-ide laten kedalam kesadaran subjek didik dengan  mennyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada munculnya ide-ide tersebut dalam dialog.

Pengetahuan empiris adalah jenis pengetahuan yang sesuai dengan bukti-bukti inderawi. Dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan pengecapan manusia membentuk pengetahuan mengenai dunia di sekitar kita. Dengan demikian, pengetahuan empiris terdiri dari ide-ide yang dibentuk dalam kesesuaiannya dengan fakta yang diamati atau diindera. Pradigma ilmu pengetahuan empiris adalah ilmu alam modern. Hipotesis ilmiah diuji melalui observasi atau melalui pengalaman untuk mencari apakah hipotesis yang dikemukakan terbukti sangat memuaskan bagi sederet fenomena tertentu.

Pengetahuan Otoriatif yaitu pengetahuan yang diakui kebenarannya berdasarkan jaminan otoritas orang yang menguasai bidangnya. Seseorag menerima pengetahuan begitu saja tanpa merasa perlu untuk mengujinya karena pengetahuan tersebut telah tersedia didalam endiklopedia dan buku-buku yang ditulis oleh ahlinya.dunia terlalu luas bila seseorang harus menguji kebenaran semua peristiwa secara pribadi. Jadi, pengetahuan otoritatif adalah pengetahuan yang sudah terbentuk  dan diterima secara luas berdasarkan otoritas seseornag di dalam bidang masing-masing.

Jadi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan epistemologi karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan oleh pendidik, dan penenrimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik. Dalam setiap pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin ilmu masing-masing terdapat epistemologisnya sendiri-sendiri.

3.      Landasan Aksiologis Pendidikan

Aksiologis merupakan cabang filsafat6 yang membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada kajian filsafati tentang nilai-nilai moral dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan kajian nilai-nilai keindahan dan seni. Metafisika membahas tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan aksiologi menunjuk pada preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para pendidik selalu memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan mendorong kearah perilaku yang bernilai.

        Secara tidak lansung landasan aksiologis pendidikan tercermin didalam perumusan tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan berdasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan tindakan nyata.

     Thomas Armstronhg ( 2006:39) mengatakan bahwa tujuan pendeidikan adalah untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perkembangan subjek didik sebagai manusia yang utuh ( a whole human being). hal itu dapat diartikan bahwa menurut Armstrong pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan yang bersifat holistik sehingga pendidikan yang ingin diwujudkan adalah pendidikan yang bersifat holistik pula.

      Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan: dalam arti susila.

      Dalam konteks indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengamanatkan tujuan pendidikan yang meliputi banyak aspek, baik individual maupun sosial, jasmaniah dan rohaniah. Tujuan pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai filosofis yang bersifat holistik, yaitu nilai-nilai pancasila. Di dalam pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan pendiddikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Jadi, ada nilai-nilai kehidupan yang berdimensi horizontal dan vertikal yang terkandung di dalam tujuan pendidikan tersebut.

        Landasan Aksiologis Ilmu Pendidikan adalah konsep nilai yang diyakini yang dijadikan landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.

BAB III

PENUTUP

    A.    SIMPULAN

pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi.

Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum.

Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.

  B.     SARAN

Sebagai mahasiswa kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan dan harusmengetahui apa saja landasan-landasan dari filsafat pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Akinpelu, J.A. 1988 An Introduction to philosophy. London and basingstojke.

Al-syaibany omar muhammad al-toumi, 1979. Falsafah pendidikan islam.

Jakarta:bulan Bintang

Barnadib, imam, 1996 filsafat pendidikan. Yogyakarta : aditya karya nusa.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem Imformasi Manajemen Pendidikan

Makalah  IMPLEMENTASI  SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Dosen Pembimbing :...